Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa

date
Jul 21, 2022
slug
masjidil-haram-dan-masjidil-aqsa
status
Published
tags
Renungan
summary
Masjidil Haram diambil dari akar kata “masjid” dan “haram”. Al-Masjid adalah ketaatan atau suatu aturan yang harus ditegakkan yang terangkum didalamnya aturan-aturan. Al-masjid / masjidillah iaitu ketaatan yang bersumber dari Allah, lillah yang merujuk kepada Allah ataupun masjid-masjid yang didirikan atas kekafiran dan kemusyrikan.
type
Post
Author
MPA
cover

Masjidil Haram diambil dari akar kata “masjid” dan “haram”. Al-Masjid adalah ketaatan atau suatu aturan yang harus ditegakkan yang terangkum didalamnya aturan-aturan. Al-masjid / masjidillah iaitu ketaatan yang bersumber dari Allah, lillah yang merujuk kepada Allah ataupun masjid-masjid yang didirikan atas kekafiran dan kemusyrikan. Masjid yang didirikan atas kekafiran juga merupakan suatu bentuk syariat yang dibuat untuk penyembahan kepada berhala, maupun syariat-syariat yang dibuat-buat oleh pemuka-pemuka agama kemudian mengatakan bahwa ini dari Allah.

Mereka menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.(QS 9:9)
Jika kita tunduk kepada suatu aturan, maka ia dikatakan “TAAT”, kemudian apabila tunduk kepada suatu larangan, maka ia akan dikatakan “TAAT LARANGAN”
Al-Masjid adalah ketaatan, dimana kata ini terdapat didalam Al-Quran yang merupakan petunjuk kepada jalan kebenaran, maka masjid yang terdapat didalam Al-Quran adalah taat kepada apa-apa yang ditulis didalam al-quran itu sendiri. Meskipun Al-Quran disalah satu ayatnya mengatakan tentang masjid yang didirikan oleh mereka yang kafir adalah masjid atau ketaatan yang bertentangan dengan dengan Al-Quran. Tetapi masjid tersebut diikuti penjelasan yang jelas mengenainya, kemudian melarang orang-orang yang beriman untuk memasukinya atau mentaatinya. Dan itu juga merupakan salah satu ketaatan yang harus dipatuhi. Namun secara umum perkataan Al-masjid tanpa diikuti keterangan khusus, maka ia adalah masjidillah iaitu ketaatan kepada Allah.
Masjid adalah ketaatan kepada Allah, sedangkan haram adalah larangan, maka masjidil haram akan bermakna ketaatan kepada larangan, atau batas-batas larangan yang diperintahkan. Pengertian Masjidil Haram sudahlah mapan dikalangan muslimin iaitu sebuah masjid suci yang terdapat di Mekkah kemudian menjadi kiblat umat Islam dalam melaksanakan sembahyang.
Pengambilan nama (proper name) dari satu ayat Al-Quran kemudian dijadikan penamaan suatu tempat atau bangunan tanpa pertimbangan akan dapat membawa kata-kata lainnya juga dapat dijadikan hal yang serupa. Ini menjadikan batas-batas informasi yang dibawa Al-Quran itu sendiri menjadi lemah.
Masjidil haram bukanlah bangunan fizik, kemudian teridikasi kata tersebut menjadi metafora sebagaimana masjid. Sesungguhnya makna dasar dan awal kata tersebut bukanlah penamaan benda fizik. Dikeranakan pemahaman yang sudah terbentuk didalam diri kita semenjak kita mengetahui Islam (semenjak kita lahir) adalah sebuah bangunan fizik maka ketika kata itu kita kembalikan ke makna asalnya seolah-olah kata tersebut menjadi makna metafora atau makna tersirat.
Masjidil haram adalah ketaatan kepada larangan-larangan Allah. Kemudian Masjidil Aqsa adalah ketaatan yang sama namun penekanannya bukan pada larangan. Ketaatan dimulai dari batas-batas larangan kemudian bergerak kepada ketaatan yang harus ditunaikan atas kemampuan yang kita miliki, sejauh yang kita mampu. Dan pasti kemampuan tersebut akan mendatangkan kedekatan kepada pencipta dan keredhaaan-Nya. Masjidil Aqsa secara mudah dapat juga dikatakan ketaatan yang jauh. Kata اقْصَي –Aqsha juga terdapat pada Al-Quran surah Al-Qasas 28 ayat 20
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota(أَقْصَى الْمَدِينَةِ ) bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu".
Hujung kota mengisyaratkan kepada kota yang sama, atau daerah yang sama namun pada bahagian tepi atau bahagian terjauhnya.
Juga pada Al-Quran surah Yaasin (36) ayat 20
Dan datanglah dari ujung kota (أَقْصَى الْمَدِينَةِ ), seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu".
Dien yang Allah turunkan adalah syariat yang mesti dipatuhi. Ia bermula kepada larangan-larangan yang harus ditaati, mutlak dan tidak bisa tidak. Inilah batas-batas muslim.
Kemudian ketaatan atau kebaikan-kebaikan yang diperintahkan. Kebaikan-kebaikan dan amal-amal soleh tidaklah bersifat memaksa / dilanggar, lebih kepada anjuran yang sangat dianjurkan, kemudian usaha manusia untuk semakin menekankan kebaikan tersebut semampu kemampuan yang ada atau sejauh kesanggupan hamba itu sendiri. Dengan kata lain kebaikan itu sendiri tidaklah ada batasnya, sedangkan larangan tentu saja ada batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar. Meskipun ketaatan yang jauh (tanpa batas), tetapi ia masih dalam lingkup ketaatan. Larangan dan anjuran berada dalam aturan atau syariat yang diturunkan Allah, diluar itu semua pastilah ketaatan kepada selain Allah.
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS 2:110)

Hidup adalah belajar